Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Komunitas Pelajar Muslim di Tengah Pergulatan Ekonomi Global

Gambar
Bulan Oktober tahun 2015 IPM memperoleh apresiasi sebagai gerakan sosio-enterpreneur di tingkat kepemudaan. Bagaimana mengembangkan gerakan sosio-enterpreneur IPM di era Asean Economy Community (AEK) atau yang dikenal dengan MEA?. Bagaimana gerakan pelajar mengembangkan sosio-enterpreneur?. Isu mengenai sosio-entepreneurship dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi salah-satu perhatian IPM. Proses diskusi-diskusi soal sosio-entepreneurship diharapkan menjadi arena pematangan orientasi. Dalam kelas kajian Ekonomi-Politik, LaPSI PP IPM mengundang Akhmad Akbar Susamto, Alumnus Monash University, alumni PD IRM Kota Yogyakarta. “Kami mengundang mas Akhmad Akbar karena beliau termasuk seorang peneliti ekonomi muda yang progresif di bidangnya. Kebetulan juga beberapa teman pernah ikut kelas workshop ekonomi Islam yang mas Akhmad Akbar selenggarakan tahun lalu di Pascasarjana UGM.” jelas Azaki Khoirudin, Sekjend PP IPM. Diskusi yang diselenggarakan tanggal 15 Maret 2016 b

LaPSI PP IPM Buka Kelas Mikro Riset Berbasis Pendekatan Appreciative Inquiry

Gambar
Dalam rangka penguatan riset berbasis Appreciative Inquiry (AI), LaPSI PP IPM menyelenggarakan kelas Mikro Riset Berbasis AI. Kelas mikro riset yang diadakan pada tanggal 14 Maret 2016 ini difasilitasi oleh Davi Efendi, alumnus Hawai University, dan alumni PP IRM. “Kelas Mikro Riset ini adalah tindaklanjut dari diskusi-diskusi tentang AI yang dilakukan sebelumnya oleh IPM. Saya kira kelas mikro riset ini akan membantu teman-teman IPM yang belum sempat mempraktikkannya di bawah bimbingan praktisi. Mas David pernah terlibat dalam riset AI tingkat nasional, dan pernah dibimbing oleh Prof Andy Wilson.” Ungkap Azaki Khoirudin, Sekretaris Jenderal PP IPM. Appreciative Inquiry (AI) menurut David Efendi merupakan salah-satu metode yang tepat untuk melahirkan ide-ide inovatif dan kreatif. “AI sebagai metode punya kekuatan pada caranya mengolah realitas yang unik. Pendekatan ini sangat menarik karena memfasilitasi relasi yang sangat humanis.” Kelas Mikro Riset Berbasis AI merumusk

IPM Harus Advokasi Pelajar Korban Kekerasan

Gambar
Tingkat kekerasan di sekolah menjadi pembahasan yang belum selesai. Berbagai kajian dan praktik dilakukan untuk menemukan model sekolah yang manusiawi. Bagaimana potret kajian dan praktik itu setelah sekian tahun belakangan ini? hal penting apa saja yang dapat diperoleh? bagaimana sekolah tanpa kekerasan berhasil memfasilitasi anak lebih baik?. Lembaga Pengembangan Sumberdaya Insani (LaPSI PP IPM) bekerjasama dengan Student Empowerement Center (SEC PW IPM DIY) menyelenggarakan diskusi bertemakan “Sekolah Ramah Anak dan Peran IPM.” Diskusi yang diselenggarakan 5 Maret 2016 di gedung PP Muhammadiyah Jl. KHA. Dahlan tersebut mengundang Syifaul Arifin, Redaktur Solopos, alumi PP IRM, sekaligus salah-satu penggagas Gerakan Tanpa Kekerasan IRM tahun 2000. Dalam diskusi, Syifaul yang akrab disapa Mas Faul mengatakan bahwa kekerasan di sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang cenderung diskriminatif. Guru dan orangtua harus menjadi pilar penting siswa dalam membentuk

PP IPM Sukses Selenggarakan Indonesia Young Forum Leader

Gambar
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) pada Senin (29/02) menggelar Seminar Internasional di Auditorium FKIP Universitas Muhammasiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA). Seminar yang mengambil tajuk Indonesia Young Forum Leader ini menggandeng International Peace Youth Group (IPYG) Korea Selatan, acara ini dihadiri ratusan aktivis pelajar Muhammadiyah.    Mengambil tema "Engaging Students to Understand Intrntional Law for Cessation of War and World Peace", seminar ini dibuka oleh Dr. Abdul Mu'ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah. Turut hadir pula Wakil Rektor III UHAMKA, Dr. Bunyamin, M.Pd.I. memberikan welcome speach. Turut hadir pula Abdullah Mansyur, Pejabat Fungsional Diplomat Utama pada Direktorat PWNI dan BHI, Kementerian Luar Negeri RI. Bertindak sebagai narasumber, diantaranya Wawan Purwanto dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang menyampaikan materi "What The Best About Being Terrorist?", Al Busyra Basnur, Direktur Diplomasi Publi

Belajar Appreciative Inquiry dengan Bukik Setiawan

Gambar
Ada banyak cara mengelola organisasi atau komunitas. Abad 21 menawarkan sejumlah pendekatan baru, menarik, dan inovatif tentang bagaimana mengembangkan organisasi.  Appreciative Inquiry (AI) termasuk salah-satu pendekatan yang menarik untuk digunakan. Lembaga Pengembangan Sumberdaya Insani (LaPSI) PP IPM mengadakan diskusi rutin pada 28 Februari 2016 dengan tema “Menggerakkan Organisasi Pelajar dengan Appreciative Inquiry”. Bukik Setiawan, penulis buku Anak Bukan Kertas Kosong, diundang menjadi pembicara. Bukik Setiawan dikenal sebagai salah-satu praktisi AI di Indonesia. “Appreciative Inquiry itu fokus pada upaya generatif, yakni menciptakan atau melahirkan. Jadi, AI tidak sama dengan berpikir positif” ungkap Bukik menjelaskan posisi AI secara filosofis. Diskusi rutin LaPSI dihadiri oleh aktivis dari organisasi pelajar, mahasiswa, dan pegiat komunitas. Diskusi yang dilaksanakan di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan ini mengundang antusias dari aktivis or

Lapsi Undang Anjar Nugroho Bahas Paradigma Gerakan IPM

Gambar
Dasar filosofis gerakan sosial terletak pada paradigma yang digunakan. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai gerakan sosial memiliki paradigma gerakan yang dirumuskan sejak tahun 1990an. Lembaga Pengembangan Sumberdaya Insani (LaPSI) mengundang Anjar Nugroho, S.Ag, M.S.I, wakil rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo untuk mendiskusikannya. Anjar Nugroho sering disebut sebagai “Bapak Paradigma IPM”, sebab menjadi orang pertama yang menyusun paradigma gerakan IPM. Dalam diskusi Anjar Nugroho menyampaikan bahwa setiap organisasi butuh paradigma sebagai landasan gerakan. “Saat saya menjadi aktivis IPM, ada kesadaran untuk merumuskan paradigma gerakan IPM” ungkapnya. Menurut Anjar Nugroho, paradigma gerakan IPM kemudian melahirkan sejumlah gagasan penting bagi organisasi. Gerakan Anti Kekerasan, Gerakan Kesadaran Gender, Gerakan Iqra adalah sebagian dari pengejawantahan paradigma gerakan IPM. “Paradigma itu soal mindset, paradigmalah yang menjelaskan identitas organisasi m